GENDER AND LEADERSHIP

Pada hakikatnya perbedaan antara laki-laki dan perempuan adalah suatu yang fungsional dan abadi menurut interpretasi hikmah kauniyahnya atau proses alam yang sangat mendalam yang menuntut terhadap stratifikasi dan porsi segala sesuatu yang ada relevansinya dan menjadi bidangnya. Pada era demokrasi dan modernisasi saat ini, bukan hanya kebebasan bagi masyarakat saja untuk menentukan pilihan dan mendapatkan haknya , kaum perempuan pun berseru untuk mendongkrak status sosial perempuan dalam masyarakat agar berkembang pandangan bahwa perempuan bukan hanya sekedar berada di belakang laki-laki namun perempuan seharusnya mendapatkan haknya sebagai manusia layaknya hak yang didapatkan oleh laki-laki. Tidak menutup kemungkinan perempuan memiliki potensi untuk sejajar dengan laki-laki bahkan menjadi pemimpin di atas laki-laki.
Banyak contoh pada saat sekarang ini perempuan memiliki karir yang cemerlang dibidang politik, ekonomi maupun dalam hal dakwah di dalam islam. Salah satu tokoh perempuan dari Madura merupakan pemimpin publik di Madura yaitu Nyai Salimah Hadi (Dinara Maya Julijanti dalam Gender and Politics Yogyakarta: 2009). Nyai Salimah berkecimpung dalam dunia politik dan menjadi anggota dewan wakil perempuan Partai Persatuan Pembangunan di DPRD Jawa Timur tahun 2004. Pengaruh yang dimiliki Nyai Salimah hingga beliau mampu mewujudkan impian beliau untuk merubah pandangan masyarakat Madura tentang perempuan pada umumnya. Pada intinya pemimpin mampu memberikan pengaruh dimana terkait dengan upaya untuk memainkan peranan pemimpin. Kepemimpinan adalah upaya menggerakan orang lain untuk mencapai tujuan dengan seorang pimpinan dan bawahan (Garry Wills). Menurut beberapa makalah dan artikel yang saya baca tentang kepemimpinan seorang perempuan yaitu bahwa gaya kepemimpinan perempuan cenderung lebih demokratis.
Gaya kepemimpinan yang demokratis yaitu kepemimpinan yang mejalankan prinsip demokratis oleh pimpinan kepada bawahannya. Ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis yaitu pemimpin tidak keberatan untuk berbagi informasi apapun dengan bawahan mengenai tugas dan tanggungjawab bawahannya, memberikan kesempatan kepada bawahan dalam pengambilan keputusan serta menyampaikan ide dari bawahan tersebut. Selain itu, umumnya pemimpin wanita mampu memelihara kondisi kerja inovatif dan kreatif serta menggunakan pendekatan yang integralistik. Para pemimpin wanita tampaknya berupaya untuk tidak terlalu menonjolkan otoritas mereka agar tidak merendahkan bawahan mereka. Perempuan lebih mengutamakan komunikasi yang menekankan pada kedekatan dan keakraban yang mampu menciptakan komunikasi yang aktif dan dinamik yang mampu membentuk suatu kenyamanan bagi bawahan dalam bekerja, dengan pendekatan komunikatif seperti ini dapat dikatakan bahwa pimpinan menggunakan pendekatan partisipatif.

Tinggalkan komentar

Masukkan alamat surel Anda untuk berlangganan blog ini dan menerima pemberitahuan tulisan-tulisan baru melalui surel.